PENGENDALIAN MANAJERIAL
PENGENDALIAN MANAJERIAL
Pengendalian Birokrasi
Pengendalian (control) adalah salah satu kekuatan
fundamental yang menjaga organisasi bersama-sama dan menuju ke arah yang benar. Bisa
didefinisikan sebagai proses yang mengarahkan aktivitas individu kearah pencapaian
tujuan organisasi. Konsep pengendalian berkaitan dengan seberapa efektif
manajer memastikan bahwa kegiatan berjalan sesuai rencana. Sistem pengendalian
yang tidak efektif menghasilkan permasalahan yang berkisar disekitar pencurian
yang dilakukan oleh karyawan.
Pengendalian juga disebut sebagai salah satu manajemen
kembar siam. Kembaran lainnya adalah perencanaan. Perencanaan menjabarkan kerangka kerja
untuk masa depan, perencanaan merupakan penyedia patokan (blue print) bagi
pengendalian. Perencanaan yang efektif dapat memfasilitasi pengendalian, dan pengendalian dapat
memfasilitasi perencanaan.
Manajer dapat menerapkan tiga strategi yang luas untuk
mencapai pengendalian organisasi, yaitu :
1. Pengendalian Birokrasi (bureaucratic
control), yaitu penggunaan aturan, peraturan, dan wewenang formal untuk menjadi
pedoman kinerja. Pengendalian Birokrasi terdiri dari beberapa item, yaitu : anggaran,
laporan statistik, dan penilaian kinerja untuk mengatur perilaku dan hasil.
2. Pengendalian Pasar (market control),
yaitu pengendalian yang didasarkan pada penggunaan mekanisme penentuan harga untuk mengatur
aktivitas organisasi.
3. Pengendalian Kelompok (clan
control), yaitu pengendalian yang
berdasarkan pada norma, nilai-nilai,
tujuan-tujuan bersama, dan kepercayaan diantara anggota kelompok.
Sistem pengendalian secara khas memiliki empat langkah utama
:
1. Menetapkan standar kinerja.
2. Mengukur kinerja.
3. Membandingkan kinerja dengan standar
dan menentukan penyimpangan.
4. Mengambil tindakan untuk memperbaiki
masalah dan memperkuat keberhasilan.
Pendekatan Pengendalian Birokrasi
Terdapat tiga pendekatan dalam pengendalian birokrasi yaitu:
1. Pengendalian Feedforward
Pengendalian
Feedforward adalah pengendalian yang berorientasi pada masa depan. Pada intinya Manager dapat melakukan
pengendalian untuk mencegah masalah sebelum masalah itu terjadi.
2. Pengendalian Bersamaan (concurrent
control)
Pengendalian
bersamaan terjadi ketika perencanaan sedang dilakukan, yang terdiri atas pengarahan, monitor, dan aktivitas
mengubah balik ketika proses tersebut ditampilkan. Pengendalian bersamaan sendiri adalah inti dari beberapa
sistem pengendalian.
3. Pengendalian Umpan Balik (feedback
control)
Pengendalian
Umpan Balik adalah pengendalian yang focus terhadao penggunaan informasinformasi berkaitan hasil
awal untuk memperbaiki penyimpangan dari standar yang dapat diterima.Pengaturan waktu adalah aspek penting
dalam pengendalian umpan balik.
Terdapat suatu aplikasi yang sangat kuat dan kokoh dari pengendalian umpan
balik yang disebut Six Sigma.
Audit
Manajemen
Audit manajemen merupakan suatu evaluasi tentang
keefektifandan efisiensi berbagai system dalam suatu
organisasi, dari program tanggung jawab sosial sampai dengan pengendalian
akuntansi.
Terdapat
dua macam tipe audit yaitu:
1.
Audit
Eksternal (external audit)
Yaitu evaluasi tentang keefektifan
dan mengefisienskan berbagai sistem yang ada dalam suatu organisasi. Audit eksternal terjadi ketika suatu
organisasi ingin mengevaluasi organisasi lain.
Berikut
jenis dari analisis ini:
a. Menyelidiki organisasi lain untuk
kemungkinan akuisisi
b. Menentukan tingkat kelayakan suatu perusahaan pemasok, atau
c. Menemukan keunggulan atau
kekuarangan atau lebih baik
mengeksploitasi keunggulan kompetitif
dari organisasi lain
2.
Audit Internal (internal audit)
Yaitu Penilaian periodik tentang
perencanaan yang dimiliki oleh organisasi, proses mengatur, memimpin, dan mengendalikan. Audit internal digunakan untuk
menilai apa yang dilakukan perusahaan untuk dirinya sendiri dan apa yang telah
dilakukan untuk konsumen.
Diantara praktik-praktik yang tidak
diinginkan yang paling umum ditemukan adalah:
a. Kinerja yang tidak perlu
b. Duplikasi pekerjaan
c. Pengendalian persediaan yang buruk
d. Penggunaan peralatan yang tidak
ekonomis
e. Prosedur yang lebih mahal dari yang
diperlukan dan,
f. Sumber daya yang terbuang
Pengendalian
Anggaran
Pengendalian
anggaran adalah salah satu metode yang paling dikenal secara luas dan umum digunakan dalam pengendalian
manajerial. Pengendalian anggaran adalah proses menginvestigasi apa
yang telah dilakukan dan membandingkan hasil dengan data anggaran yang sesuai
untuk memeriksa pencapaian atau memperbaiki perbedaan. Pengendalian anggaran
biasanya disebut penganggaran (budgeting).
Terdapat beberapa jenis anggaran, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Anggaran penjualan, yaitu data untuk
anggaran penjualan terdiri dari perkiraan penjualan per bulan, wilayah penjualan, dan
produk.
2. Anggaran produksi, yaitu dinyatakan
dalam satuan fisik.
3. Anggaran biaya, yaitu digunakan
untuk bidang organisasi yang mengeluarkan biaya tapi tidak ada pendapatan.
4. Anggaran kas, yaitu anggaran yang
yang perlu dipersiapkan setelah semua perkiraan anggaran lain selesai.
5. Anggaran modal, yaitu digunakan
untuk biaya aktiva tetap seperti gedung dan peralatan.
6. Anggaran induk, yaitu mencakup semua
kegiatan utama perusahaan. Anggaran ini menyatukan dan mengoordinasikan semua kegiatan anggaran
lainnya dan dapat dianggap sebagai
“anggaran dari semua anggaran (budget of budget)”.
Pengendalian Keuangan
Pengendalian keuangan dalam bisnis umumnya menggunakan
laporan keuangan sebagai pengendalian.
Ada 2 laporan keuangan yang membantu pengendalian kinerja organisasi secara keseluruhan yaitu neraca dan laporan
laba rugi.
1. Neraca
Neraca (balance
sheet) merupakan laporan yang menunjukkan gambar keuangan perusahaan pada wakktu tertentu dan
terdiri dari item-item yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas pemegang saham. Aset (assets)
adalah nilai dari berbagai item yang dimiliki korporasi. Liabilitas (liabilities)
adalah jumlah korporasi berutang ke berbagai kreditor.
Ekuitas pemegang saham (stock-holders’
equity) adalah jumlah yang diperoleh pemilik korporasi. Meringkas item-item yang ada pada
neraca selama periode waktu yang panjang mengungkap tren penting dan memberikan
manajer wawasan lebih lanjut terhadap kinerja secara keseluruhan dan daerah di
mana penyesuaian perlu dibuat.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan
laba rugi (profit and loss statement) adalah laporan keuangan yang
terdiri dari item-item tentang pendapatan dan beban operasi perusahaan.
Beberapa manajer menyusun laporan
laba rugi sementara dan menggunakannya sebagai tujuan. Kemudian kinerja diukur kembali berdasarkan tujuan tujuan atau standar. Dari laporan komparatif tersebut,
manajer dapat mengidentifikasi area masalah dan memperbaikinya. Pengendalian berdasarkan laba dan
rugi paling umum digunakan untuk seluruh perusahaan dan dalam kasus sebuah
perusahaan diversifikasi divisinya. Namun, jika pengendaian dilakukan oleh
departemen, seperti dalam sebuah organisasi yang terdesentralisasi, di mana manajer departemen memiliki
pengendalian atas pendapatan dan beban, laporan laba dan rugi yang digunakan untuk
setiap departemen. Setiap output departemen diukur, dan biaya, termasuk biaya overhead,
dibebankan pada operasi masing-masing departemen. Laba bersih yang diharapkan
adalah standar untuk mengukur kinerja suatu departemen.
Sebuah pendekatan yang efektif untuk memeriksa kinerja
keseluruhan perusahaan adalah dengan menggunakan rasio keuangan utama. Rasio
membantu menunjukkan kemungkinan kekuatan dan kelemahan dalam operasi
perusahaan. Rasio utama dihitung dari item-item yang dipilih dari laporan laba
rugi dan neraca.
Terdapat
tiga kategori rasio keuangan, yaitu:
1.
Rasio
Likuiditas
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek. Rasio likuiditas yang paling
umum adalah aktiva lancar terhadap
liabilitas lancar, yang disebut rasio lancar (current ratio) atau
rasio modal kerja bersih. Rasio
ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menurun dan masih akan cukup
untuk membayar liabilitas lancar.
2.
Rasio
solvabilitas
Menunjukkan jumlah relative dari dana bisnis yang disediakan
oleh kreditur dan pemegang saham. Sebuah contoh penting adalah rasio
utang-ekuitas (debtequity ratio),
yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas keuangan jangka panjang.
3.
Rasio
profitabilitas
Menunjukkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan keuangan
finansial dari penjualan atau investasi. Sebagai contoh, pengembalian pada
investasi (return on investment – ROI) adalah rasio laba terhadap modal
yang digunakan, atau tingkat pengembalian
modal. Rasio ini memungkinkan manajer dan pemegang saham untuk menilai seberapa
baik perusahaan melakukan tugasnya dibandingkan dengan investasi lain.
Meskipun rasio menyediakan standar kinerja yang baik dan
merupakan indicator apa yang telah
terjadi, ketergantungan eksklusif pada rasio keuangan dapat memiliki
konsekuensi negatif. Karena rasio biasanya
disajikan dalam horizon waktu terkompresi, mereka sering menyebabkan miopi
manajemen (management myopia) – manajer yang fokus pada laba dan
pendapatan jangka pendek dan mengorbankan beban liabilitas strategis jangka
panjang mereka.
Hasil negatif kedua dari rasio adalah bahwa rasio membuang
posisi pertimbangan sekunder penting
lainnya. Penelitian dan pengembangan, pengembangan manajemen, praktik sumber
daya manusia yang progresif, dan pertimbangan lainnya yang mungkin menerima
perhatian yang tidak cukup. Oleh karena itu, penggunaan rasio harus dilengkapi
dengan tindakan pengendalian lainnya.
Kelemahan
Pengendalian Birokrasi
Dalam
faktanya, sistem pengendalian dapat menyebabkan disfungsi perilaku. Sebuah
sistem pengendalia tidak bisa efektif tanpa mempertimbangkan bagaimana orang
akan bereaksi terhadap sistem
tersebut. Untuk pengendalian yang efektif berkaitan dengan perilaku karyawan,
manajer harus mempertimbangkan tiga jenis respons potensial untuk pengendalian:
perilaku birokrasi yang kaku, perilaku taktis, dan resistance.
a. Perilaku
Birokrasi yang Kaku
Seringkali
orang bertindak dengan cara yang akan membantu mereka terlihat baik pada
pengukuran sistem pengendalian. Kecenderungan ini dapat berguna karena
kecenderungan ini memfokuskan orang-orang pada manajemen perilaku yang
dibutuhkan. Akan tetapi, hal itu bisa mengakibatkan kekakuan, perilaku yang
tidak fleksibel yang diarahkan “hanya” untuk melakukan apa yang dibutuhkan oleh
sistem. Perilaku birokrasi yang kaku terjadi
ketika sistem pengendalian meminta karyawan untuk tetap keluar dari kesulitan
dengan mengikuti aturan. Sayangnya, sistem tersebut sering mengakibatkan
layanan pelanggan yang tidak baik dan membuat seluruh organisasi lambat untuk
bertindak.Beberapa manajer bahkan tidak akan menggunakan istilah “pengendalian
birokrasi” karena konotasinya berpotensi negatif. Hal itu sangat disayangkan
karena sistem pengendalian itu
sendiri tidak merupakan masalah. Masalah terjadi ketika sistem tidak lagi
dipandangan sebagai alat
untuk menjalankan bisnis melainkan sebagai aturan untuk mendikte perilaku yang
kaku.
b. Perilaku
Taktis
Sistem
pengendalian akan menjadi tidak efektif jika karyawan yang terlibat dalam
taktik yang ditujukan untuk “mengalahkan sistem”. Jenis yang paling umum dari
perilaku taktik adalah memanipulasi informasi atau melaporkan data kinerja
palsu. Orang mungkin menciptakan dua jenis data yang tidak valid: tentang apa
yang telah dilakukan dan apa yang dapat dilakukan. Laporan palsu
tentang masa lalu kurang umum karena lebih mudah untuk mengenali seseorang yang
misreports apa yang
terjadi dari seseorang yang memberikan prediksi keliru atau perkiraan apa yang
mungkin terjadi.
Namun,
para manajer kadang-kadang mengubah sistem akuntansi mereka untuk “melicinkan”
angka. Juga, orang mungkin sengaja memberikan informasi yang salah ke dalam sistem informasi
manajemen untuk menutupi kesalahan atau kinerja yang buruk. Lebih umum, orang memalsukan perdiksi
mereka atau permintaan untuk masa depan. Ketika diminta untuk memberikan
estimasi anggaran, karyawa biasanya meminta jumlah yang lebih besar dari yang
mereka butuhkan. Di sisi lain, mereka kadang-kadang mengirimkan estimasi rendah
yang tidak realistis ketika mereka percaya estimasi rendah akan membantu mereka
mendapatkan anggaran atau proyek yang disetujui. Sesi pengaturan anggaran dapat
menjadi kapal tunda-dari-perang antara bawahan berusaha untuk mendapatkan
kelonggaran dalam anggaran dan atasan berusaha untuk meminimalkan kekenduran.
Taktik serupa yang diperlihatkan ketika manajer menegosiasikan standar kinerja rendan yang tidak realistis,
sehingga bawahan akan memiliki sedikit kesulitan pertemuan; ketika penjual
memproyeksikan perkiraan rendah, sehingga mereka akan terlihat baik dengan
melebihi mereka; dan ketika para pekerja memperlambat laju kerja sementara
waktu belajar menetapkan standar kecepatan kerja.
c. Resistensi
terhadap Pengendalian
Sering
kali orang sangat menolak sistem pengendalian. Mereka melakukan untuk beberapa
alasan. Pertama, sistem pengendalian komprehensif
meningkatkan akurasi sistem pengendalian yang dapat mengubah data kinerja dan
membuat karyawan lebih bertanggung jawab atas kinerja mereka. Sistem pengendalian mengungkap kesalahan,
mengancam pekerjaan keahlian seseorang dan kekuatan struktur, keamanan dan status, dan otonomi
penurunan karyawan. Kedua, sistem pengendalian dapat mengubah keahlian dan kekuatan
struktur. Sebagai contoh, sistem informasi manajemen dapat membuat biaya,
pembelian, dan keputusan produksi yang dibuat sebelumnya oleh para manajer
dengan lebih cepat. Orang-orang mungkin takut kehilangan keahlian, kekuasaan, dan otoritas
pengambilan keputusan sebagai hasilnya. Ketiga, sistem pengendalian dapat mengubah
struktur sosial dari suatu organisasi. Mereka dapat menciptakan kompetisi dan
mengganggu kelompok sosial dan persahabatan. Orang mungkin berhenti melawan
orang-orang dengan siapa mereka bersaing sebelumnya karena memiliki kenyamanan,
hubungan kerjasama. Karena kebuutuhan sosial masyarakat sangat penting, mereka
akan menolak sistem pengendalian sosial yang mengurangi kepuasan kebutuhan. Keempat, sistem pengendalian dapat dilihat
sebagai pelanggaran privasi, menyebabkan tuntutan hukum, dan menyebabkan moral
yang rendah.
Merancang
Sistem Pengendalian Efektif
Sistem
pengendalian efektif memaksimalkan potensi bermanfaat dan meminimallkan
perilaku disfungsi. Untuk mencapai hal ini,
manajemen perlu merancang sistem pengendalian yang:
1. Menetapkan standar kinerja yang valid
Sebuah
sistem pengendalian kerja yang efektif harus berdasarkan pada standar kinerja
yang valid dan akurat. Standar yang paling efektif cenderung dinyatakan lebih
objektif daripada subjektif.
Tindakan tidak harus mampu menjadi mudah disabotase atatu dialsukan. Sistem
harus menggabungkan semua kinerja penting. Akan tetapi manajemen juga harus mempertahankan terhadap risiko
masalah seperti terlalu banyak tindakan
yang menciptakan pengendalian yang berlebihan sehingga terjadi perlawanan
karyawan.
2. Memberikan informasi yang memadai
Manajer
harus mamapu menyampaikan pada karyawan mengenai pentingnya dan sifat dari system engendalian. Para
karyawan juga harus mampu menerima umpan balik atas kinerja mereka. Tanggapan memotivasi orang dan
memberikan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memperbaiki penyimpangan mereka sendiri dari standar
kinerja.
3. Memastikan aspeksabilitas untuk
karyawan
Karyawan cenderung untuk menolak
sistem pengendalian dan menunjukkan perilaku disfungsional jika mereke menerima sistem. Meraka
lebih cenderung untuk menerima sistem yang memiliki standar kinerja yang
berguna tetepi tidak terlalu mengendalikan. Karyawan juga lebih menerima sistem
jika mereka percaya standar tersebut mungkin untuk dicapai. Salah satu cara
yang terbaik untuk menetapkan standar yang wajar dan dapat dierima karyawan
yaitu dengan partisipasi dalam pengambilan keputusan karena akan memungkinkan
karyawan untuk berkolaborasi dalam pengambilan keputusan system pengendalian.
Sehingga enderung memengaruhi pekerjaan mereka secara langsung dan akan
mengatsi penolakan dan terjadi penerimaan sistem.
4. Menjaga komunikasi terbuka
Ketika
terjadi penyimpangan, penting bagi nkaryawan merasa mampu untuk melaporkan penyimpangan, sehingga
masalah dapat diatasi. Jika manajer mamapu mencipatakan lingkungan dengan keterbukaan dan kejujuran, di
mana kayawan makan meraa nyaman berbagi
informasi, bahkan informasi negatif dan dihargai untuk melakukannya secara tepat waktu, maka sistem
pengendalian jauh lebih mungkin untuk bekerja secar efektif. Manajer terkadang memerlukan
karyawan yang disiplin untuk memenuhi standar penting. Biasanya pendekatan yang
paling efektif adalah disiplin progresif. Dalam pendekatan ini, standar jelas
ditetapkan, tetapi kegagalan untuk
memenuhi mereka dibahs dalam proses progresif atau selangkah demi selangkah.
5. Menggunakan beberapa pendekatan
Sistem pengendalian umumnya harus
mencakup keuangan dan target kinerja nonkeuangan dan menggabungkan aspek pendahuluan, bersamaan,
dan pengendalian upan balik. Dalam beberapa tahun terakhir
banyak perusahaan telah mengkobinasikan target untuk manajer menjadi balanced scorecard, yaitu
sistem pengendalian yang mengkombinasikan empat langkah pengukurankinerja yaitu
keuangan, kepuasan pelanggan, proses bisnis (kualitas dan efisiensi), serta
pembelajaran dan pertumbuhan. Pengendalian
yang efektif juga akan memerlukan manajer dan organisai untuk menggunakan banyak teknik lain dan
praktik manajemen yang baik.
Kesimpulan
Pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer mempengaruhi
anggotanya untuk melaksanakan strategi organisasi. Sistem Pengendalian
Manajemen merupakan perangkat struktur
komunikasi yang saling berhubungan yang memudahkan pemrosesan informasi dengan maksud membantu manajer
mengkoordinasikan bagian-bagian yang ada dan pencapaian tujuan organisasi
secara terus menerus. Sistem pengendalian manajemen dikategorikan sebagai
bagian dari pengetahuan perilaku terapan (applied behavioral science). Pada
dasarnya, sistem ini berisi tuntutan kepada kita mengenai cara menjalankan dan
mengendalikan perusahaan / organisasi yang “dianggap baik” berdasarkan asumsi-asumsi tertentu.
Masing-masing perusahaan memiliki kompleksitas berbeda dalam
pengendalian manajemen, makin besar skala perusahaan akan semakin
kompleks.Tujuan dari sistem ini adalah untuk meningkatkan keputusan-keputusan
kolektif dalam organisasi. Untuk memahami sebuah sistem dibutuhkan suatu
pengetahuan tentang lingkungan dimana sistem itu berada. Dua unsur penting
dalam sistem pengendalian manajemen adalah lingkungan pengendalian dan proses
pengendalian.
DAFTAR
PUSTAKA
Bateman, Thomas S., Scott A. Snell. Tanpa Tahun. Manajemen:
Kepemimpinan dan Kerja Sama dalam Dunia yang Kompetitif (edisi 10-jilid 2).
Terjemahan Willy Abdillah. 2014. Jakarta: Salemba Empat.
Tidak ada komentar: